Monday, March 7, 2011

SERUAN NUSANTARA


SERUAN NUSANTARA

Salam Nusantara !
Semua kita tahu bahwa Indonesia adalah negeri aneka rupa. Kekayaan alam juga segala kekayaan hidup (budaya) bagai kebun bunga yang beraneka warna, indah dan mengagumkan.
Apalah artinya jika  itu hanya jadi hiasan, pemanis obrolan dan basa-basi di waktu senggang saja tanpa kehendak kuat dari kita untuk belajar, untuk mengerti lebih dalam tentang anugerah Sang Pencipta yang langsung kita dapatkan sejak kita dilahirkan di Bumi Pertiwi ini?

Kearifan  nilai-nilai tradisional  yang masih hidup merupakan saksi zaman. Ia  menyimpan memori kebudayaan, jejak serta ingatan  zaman dari masa lalu kita.

Setiap manusia Indonesia dibesarkan dan dibentuk di dalam lokalitas yang tidak lain merupakan rumah-rumah kebudayaan kecil dengan nilai-nilai yang dimilikinya. Namun selama ini banyak kebijakan termasuk pula pendidikan dan pembinaan ditempuh melalui bentuk-bentuk penyeragaman yang dipaksakan dari atas (cenderung bersifat feodalistik) dan bukan tumbuh dari rakyat. Akibatnya, sebagian kebijakan yang ditempuh membawa  penghancuran bagi rumah-rumah kecil kebudayaan tempat bermukimnya kebudayaan daerah yang berisi berbagai kearifan dan pengetahuan tradisional bangsa yang baik yang berwujud kesusastraan, maupun bermacam-macam bentuk Kesenian.

Negara sebagai organisasi banyak meminjam model aturan, kebijakan dan pola-pola asing.  Masyarakat Indonesia perlahan-lahan kehilangan rumah tempat mereka dibesarkan.  Terjadi pelbagai penyimpangan dan ketidakseimbangan. Tidak kenal diri dan kenyataan aslinya. Seolah-olah pandai tetapi tidak pada tempatnya, mudah terombang-ambing dan banyak melakukan hal-hal yang kontraproduktif, kontrapembangunan.

Di tengah lilitan pelbagai persoalan termasuk juga degradasi moral, di manakah nilai-nilai, kearifan tradisional yang diacu dan dijadikan pegangan selama ini? Bukankah kita adalah bangsa yang ramah-tamah, yang dulu pernah merajai lautan, bangsa yang begitu kaya dengan ibu pertiwi yang selalu dibangga-banggakan?

Marilah kita bersatu kembali! Dendang nusantara kita gaungkan, rampak gendang kita tabuhkan, gending-gending, serunai kita bunyikan agar keharuman kembali menebar di seantero nusantara.
Agar hilang semua keserakahan, kesombongan, pelanggaran hak, pengingkaran janji dan perebutan kekuasaan yang mencabik-cabik keutuhan nurani dan harga diri kita sebagai bangsa. Kita perangi kebatilan, penindasan dengan perbuatan yang mencerminkan kepekaan pada kebenaran, kebijakan, keagungan dan kemuliaan. Teguh dalam mempertahankan prinsip leluhur. Penuh cinta kasih dan pemaaf seperti puteri Nimari dari Kapuas Kalimantan dan pangeran Wastu Kencana dari Sunda dan sebagainya.

Berpedoman pada kejujuran rasa, teguh-kukuh melakukan perjalanan diri yang sehat dan wajar, pada adat yang baik, pada pengetahuan yang benar dan pada pilihan yang pintar agar bertemu dengan keagungan, kebahagiaan dan kemuliaan bangsa yang memiliki budi daya nyata. Hiduplah bangsa, negeri yang sempurna, Indonesia!

II

Jangan kita lupakan para perintis dan pejuang kemerdekaan bangsa ini. Mereka bekerja semata-mata demi Indonesia merdeka dan bermartabat. Mereka melahirkan sejarah dengan mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, harta, keluarga, bahkan nyawa sendiri dengan semangat pejuang sejati. Adakah semangat semacam itu hidup dimasyarakat sekarang ini?

Ungkapan tradisional mengatakan “janganlah kamu menjadi orang yang merasa tahu, tetapi menjadilah orang yang tahu merasa”. Sebagai individu maupun bangsa hendaknya penggunaan akal budi diimbangi oleh kepekakaan hati nurani. Para pejuang berharap bersama nafas terakhirnya agar kita bisa mengenang perjuangan terutama untuk apa mereka mati. Mereka mengidamkan Indonesia kelak menjadi negara yang bersatu, kuat dan mandiri. Adakah semangat itu kita punyai  saat ini?

Nilai-nilai mulia dan keluhuran budi wajib dipertahankan. Menimba spirit perjuangan para pahlawan pendiri bangsa, hendaknya kita juga punya tekad bahwa kalau mati, matilah  kita dengan berani, kalau hidup, hiduplah dengan berani sehingga kita bisa tegak sebagai bangsa merdeka.

Jika kita sudah mulai belajar mengenal diri termasuk juga kearifan masa lalu kita maka keterpelajaran kita adalah keterpelajaran yang tidak punya pilihan lain selain daripada berlaku adil  di dalam  ucapan dan perbuatannya. Bertanggung jawab terhadap diri, nurani dan juga pada tanah pertiwi kita.

Ini mestinya jadi perjuangan dan gerakan bersama kita sebagai bangsa. Sudah saatnya kita bangkit. Berjuang dan berjuang. Atau sekarang atau tidak pernah!

No comments:

Post a Comment